Dengan melihat beberapa literatur yang ada di Fakultas dakwah, beberapa di antaranya terdapat kaitanya dengan skripsi yang penulis angkat, yaitu:
1. Selamet Riyadi (NIM 1199071) dengan judul: Aktivitas Dakwah Muhammad Yunan Nasution Terhadap Perilaku Munkarât. M. Yunan Nasution sudah sejak semula di Sumatera amat berjasa dalam kegiatan-kegiatannya menulis, mengarang dan berkhutbah atau berceramah. M.Yunan Nasution bersama-sama almarhum Buya Hamka giat menulis dan menyebarkan karangan-karangannya lewat Pedoman Masyarakat (satu-satunya mingguan di Medan, Sumatera Timur, waktu itu), di samping majalah-majalah Islam lainnya seperti Panji Islam misalnya.
Sewaktu partai politik Islam "Masyumi" didirikan di Indonesia, maka di tahun 1956 M.Yunan Nasution terpilih menjadi Sekretaris Umum dari partai tersebut, sedang Ketua Umumnya adalah Mohammad Natsir. Itulah periode masanya M.Yunan Nasution aktif sekali dalam memperjuangkan cita-cita Islam di Indonesia. Yunan Nasution menyatakan bahwa Islam adalah satu agama yang mengandung ajaran-ajaran kemasyarakatan, yang mengatur hubungan antara manusia dengan manusia laksana "satu tubuh, jika sebagiannya menderita sakit, maka seluruh tubuh akan merasakannya".
Tidak cukup seorang Muslim menjadi seorang yang baik saja, yang hanya hidup untuk kebahagiaan dan kemanfaatan dirinya. Tapi, disamping itu ia harus memberikan bahagia dan manfaat kepada manusia yang lain, dengan jalan menyuruh orang berbuat baik seperti kebaikan yang diperbuatnya sendiri untuk dirinya. Tidak cukup seorang Muslim sekedar mencegah dirinya sendiri tidak berbuat jahat, tapi dia harus pula melarang manusia yang lain supaya jangan melakukan kejahatan. Inil yang dimaksudkan dengan keistimewaan doktrin Islam. Justru karena keistimewaan ajarannya yang demikian, maka kaum Muslimin dikaruniakan oleh Tuhan kedudukan yang paling baik di antara ummat-ummat dalam sejarah dari abad ke abad
|
Dakwah |
2. Kasmiyati, program strata 1 Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang tahun 1996 yang berjudul “Pemikiran Dakwah Susuhunan Paku Buwono IV (Studi Analisis Materi dan Metode Dakwah)”. Menurut penelitiannya, dakwah yang dilakukan oleh Susuhunan Paku Buwono IV terbagi menjadi dua besar permasalahan yaitu jalinan hubungan dengan Allah SWT dan jalinan antara sesama manusia yang tercakup dalam materi-materi dakwah tentang aspek keimanan, ibadah dan akhlaqul karimah. Sedangkan dalam penerapan dakwahnya Susuhunan Paku Buwono IV menggunakan tiga metode yaitu metode nasehat, metode keteladanan, metode persuasif.
3. Sururi, program strata 1 Fakultas dakwah IAIN Walisongo Semarang tahun 1999 yang berjudul “Studi Pemikiran Dakwah Syafi’i Ma’arif”. Dalam hal ini pemikiran dakwah Syafi’i Ma’arif bersumber pada Al Qur’an dan Hadis. Serta pandangannya pada pemikir Islam pada amar ma’ruf nahi mungkar sebagai paradigma konsep aktivitas dakwah. Aspek dakwahnya menekankan relevansi antar Islam dan terciptanya tatanan sosial yang ideal untuk tercapai suatu tujuan. Menurut peneliti kelebihan pemikiran dakwah Syafi’i Ma’arif terletak pada sitematika yang secara komprehensif berusaha membumikan nilai-nilai Islam dengan beberapa aspek dakwah yang sesuai dengan tatanan sosial-politik sosial-kultur. Kalau ditinjau dari segi kelemahan pemikiran Syafi’i Ma’arif terletak pada dataran praktis konseptual yang hanya dikonsumsi oleh masyarakat terpelajar intelektual. Maka perlu reinterpretasi lebih lanjut agar dapat dipahami oleh masyarakat umum.
4. Sri Mulyati program strata 1 fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang tahun 1999 yang berjudul “Pemikiran Muhammad Natsir Tentang Metode Dakwah bagi Para Da’i (Kajian Terhadap Buku Fiqhud Dakwah)”. Penelitian yang dilakukan ini memfokuskan pada pemikiran M. Natsir tentang dakwah Islam. Menurutnya dakwah Islam adalah mengajak manusia untuk selalu ingat kepada Allah SWT, jadi nilai-nilai keislaman harus mewarnai dalam segala bidang kehidupan, baik politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Menurutnya, Muhammad Natsir mempunyai dua konsep metode dakwah bagi para da’i, yang diambil dari surat An Nahl ayat 125, yaitu tentang dakwah yang dijabarkan dari hikmah yang harus dimiliki seorang da’i dalam berdakwah. Yaitu hikmah dalam arti mengenal golongan, kemampuan memilih saat, mencari titik temu, uswatun hasanah dan lisanul khal. Menurutnya dalam penyelenggaraan dakwah harus ada kerjasama yang harmonis antara unsur-unsur dakwah yaitu, da’i, mad’u, materi, media, metode dan tujuan dakwah, sehingga akan mempermudah penyampaian risalah ajaran Islam.
Dari beberapa tinjauan di atas, memang ada kemiripan yang penulis akukan. Pada penelitian pertama hingga terakhir memiliki kesamaan pada dataran konsep aktivitas dakwah. Kesamaan tersebut berupa kesamaan dalam melakukan penelitian terhadap dakwah yang dilakukan terhadap tokoh Islam. Meski sama terhadap hal pemikiran terhadap konsep dakwah, tetapi penelitian yang penulis lakukan ada perbedaan dengan penelitian di atas, yaitu dalam masalah tokoh yang menjadi kajian, tokoh yang penulis kaji pada penelitian ini adalah Jefri al-Bukhori.
ADS HERE !!!